Lensamandalika.com – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan resistensi antimikroba (AMR) sebagai salah satu ancaman terbesar terhadap kesehatan masyarakat global saat ini.

AMR dapat memengaruhi tidak hanya kesehatan manusia, namun juga kesehatan hewan dan lingkungan yang berperan di sekitar. Saat ini, sekitar 700.000 kematian per tahun dikaitkan dengan resistensi antimikroba, dan juga banyaknya jumlah hewan ternak yang mati akibat tidak mampu mengendalikan infeksi.

Ironisnya, jika tanpa adanya upaya pengendalian global, AMR diprediksi akan menjadi pembunuh nomor satu di dunia pada tahun 2050 dengan tingkat kematian mencapai 10 juta jiwa per tahun.

Jika hal itu terjadi, maka itu akan melampaui kematian yang disebabkan penyakit jantung, kanker dan diabetes. Bahkan akan menimbulkan krisis ekonomi global.

Kaitan dengan hal tersebut, Ikatan Apoteker Indonesia Pengurus Cabang (PC) Kabupaten Lombok Tengah berkolaborasi dengan mahasiswa Farmais Universitas Qamarul Huda Badarudin (UNIQHBA) Bagu, Sabtu (21/11) pukul 08.00 pagi, mengadakan kampanye cegah resistensi antimikroba bertempat di alun-alun tastura kabupaten Lombok Tengah.

Kampanye tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan resistensi antimikroba (AMR) global dan untuk mendorong praktik terbaik di kalangan masyarakat umum, tenaga kesehatan, dan pembuat kebijakan untuk menghindari kemunculan lebih lanjut dan penyebaran infeksi yang resistan terhadap obat.

Ketua pelaksana kegiatan tersebut, Apoteker Asgar Purnama mengatakan bahwa pihaknya bermaksud mengajak masyarakat untuk menangani antimikroba dengan bijak dan secara bersama-sama tangani resistensi antimikroba.

Dirinya mengajak kepada masyarakat agar secara rutin berkonsultasi dengan apoteker mengenai obat yang perlu ataupun tidak perlu dikonsumsi ketika mengalami gangguan kesehatan.

“Ingat Obat, Ingat Apoteker,” serunya.

Apa itu AMR?

Pada umumnya banyak orang hanya mengenal antibiotik. Nah, antibiotik hanyalah bagian dari antimikroba (AMR). Mikroba melingkupi di dalamnya berbagai organisme yaitu virus, bakteri (bios/biotik), jamur, protozon ataupun parasit.

Oleh karena itu, antimikroba (AMR) merupakan obat yang penting untuk mengobati infeksi pada manusia dan hewan yang diakibatkan oleh organisme jahat mikroba yang menyerang tubuh.

Dikutip dari Kompas.com, Sifat dari antimikroba adalah menghambat perkembangbiakan organisme jahat yang ada tersebut. Antimikroba baik untuk pengobatan, namun jika tubuh sudah resisten (menolak) terhadap antimikroba ini, maka penyakit akan sulit disembuhkan.

Resisten AMR

Resisten AMR merupakan suatu ketidakmampuan antimikroba untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroba, sehingga penggunaannya sebagai terapi penyakit infeksi menjadi tidak efektif lagi.

Penggunaan antimikroba yang tidak tepat di sektor agrikultur (peternakan, pertanian, perikanan) dan kesehatan manusia mempercepat laju resisten bakteri menjadi kebal terhadap antibiotik (superbugs).

Risiko resisten AMR adalah setiap kali antimikroba digunakan secara berlebihan atau digunakan secara tidak tepat, bakteri menjadi resisten terhadap mikroba. (red/LM)