Lensamandalika.com – Seratusan warga lingkar bandara membongkar paksa tambahan nama bandara di Lombok yang terpasang secara tiba-tiba pada Kamis 31/12/2020 tengah malam.

Dihimpun dari prayapost, warga terlihat membongkar paksa kembali tulisan Zainuddin Abdulmajid dengan alat seadanya.

Tulisan Zainuddin Abdul Majid tampak hanya ditambahkan dan ditempatkan di baris paling bawah tulisan sebelumnya yakni; Selamat Datang Di Lombok Internasional Airport. Dan setelah ditambahkan secara tiba-tiba menjadi: Selamat Datang Di Lombok Internasional Airport Zainuddin Abdul Majid.

Hanya tulisan Zainuddin Abdul Majid inilah yang dibongkar kembali oleh warga secara paksa dan disaksikan sejumlah tokoh masyarakat setempat yang hadir dan dalam pengamanan oleh aparat kepolisian.

Dikonfirmasi pagi ini, (1/1/2021), Tokoh masyarakat lingkar Bandara yang juga Mantan Kepala Dinas (Kadis) Pariwisata Kabupaten Lombok Tengah, Drs. H. L. Putria, M. Pd menyesalkan pemasangan dan penambahan nama BIL yang dilakukan secara diam-diam.

Ia berharap para elite yang punya kepentingan agar bisa duduk bersama, baik yang mendukung atau menolak pergantian nama BIL.

“Dari semua pihak itu, kita harus dengar pendapatnya, apa urgensinya, kenapa harus dirubah menjadi BIZAM atau ditetapkan menjadi BIL”, jelasnya.

Dirinya menegaskan belum ada forum yang membahas terkait pergantian nama Bandara. Menurutnya selama ini hanya dilakukan diam-diam, seperti yang dilakukan tengah malam tadi tanpa sepengetahuan warga.

“Kalau memang sangat urgent untuk diganti jadi BIZAM, atau ditetapkan BIL, kita harus perhitungkan mana yang bermanfaat dan mana yang mrnimbulkan mudarat, ” Katanya.

“Manfaat itulah yang kita ambil,” imbuhnya.

Ia berharap agar semua pihak bisa mengedepankan kearifan lokal, sehingga apapun nama bandara bisa diterima oleh semua kalangan.

Ia menuturkan, sebelum bandara resmi beroperasi, sempat ada sebelas (11) usulan nama yang melibatkan tokoh-tokoh dari semua wilayah.

“Musyawarahnya dulu di rumah saya, tokoh dari semua wilayah, Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur, dan KLU, ” paparnya.

Semua tokoh yang hadir, tuturnya, sepakat agar nama bandara tidak memakai nama tokoh, nama wilayah, ataupun nama organisasi agar semua pihak bisa merasa memiliki.

“Sehingga dipakailah nama yang netral untuk nama Bandara, Bandara Internasional Lombok, dan tidak pernah ada yang ribut, semua merasa memiliki,” tuturnya.

Ia menerangkan bahwa nama Lombok dalam filsafat disebutkan bahwa “Lomboq Mirah Saksak Adi”. Sehingga sudah sangat sesuai untuk nama Bandara seperti hasil musawarah tokoh dari semua wilayah pulau Lombok.

“Lomboq itu lurus, mirah itu permata, dan saksak adi artinya satu-satunya yang paling utama, yang paling mulia” pungkasnya. (Red/dwr)