LensaMandalika- Hari Buruh Internasional yang jatuh pada tanggal 1 Mei menjadi momentum yang ditunggu-tunggu oleh para aktivis dan buruh di Dunia. Di Indonesia Perayaan Hari Buruh lumrah menjadi momentum advokasi dalam memperjuangkan isu-isu terkait kesejahteraan buruh, mulai dari isu-isu sentral seperti UU Omnibus Law Cipta Kerja yang banyak menuai kontroversi sampai dengan fenomena anak jalanan dan pengemis yang marak ketika mendekati Bulan Ramadhan dan Lebaran.

Hal itu menjadi sorotan oleh KAMMI Pengurus Daerah Mataram salah satu OKP yang eksis di NTB. Berdasarkan data dari Dinas Sosial Provinsi NTB Fenomena anak jalanan, pengemis dan gelandangan di Kota Mataram semakin bertambah dengan pesat pada tahun 2018 sebanyak 192 dan pada tahun 2019 meningkat menjadi 225.

Melihat fenomena tersebut, Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia Pengurus Daerah Mataram (KAMMI PD MATARAM) tidak tinggal diam. Pada momentum Hari Buruh KAMMI PD Mataram menggelar diskusi yang bertemakan “Fenomena Pengemis & Gelandangan Terhadap Kondisi Lapangan Kerja & Pendidikan di Kota Mataram” (1/4).

KAMMI PD Mataram melihat kasus tentang maraknya pengemis dan anak jalanan ini menjadi isu yang jarang diangkat di publik terutama pada momentum Hari Buruh, sehingga melihat keadaan yang semakin marak tersebut KAMMI PD MATARAM menginisiasi untuk mengeksekusi isu tersebut berupa kajian ilmiah untuk mengingatkan dan memberikan solusi Kepada Pemerintah.

Dalam diskusi tersebut dihadiri oleh pembicara Muhammad Arwan Rosyadi S.Sos., M.A akademisi Universitas Mataram dan di Moderatori oleh Meza Royadi pengurus KAMMI PD Mataram.

Arwan menyampaikan tipe pengemis dibagi menjadi tiga” Ada yang harian, pekanan dan tahunan,”
“Pengemis di kota Mataram banyak yang tidak mengakui dirinya sebagai pengemis, tapi mengkonstruksikan dirinya sebagai penerima sedekah,” lanjutnya.

Ditempat yang sama Amri Akbar Ketua PD KAMMI Mataram mengatakan, banyak pengemis yang memodifikasi cara mengemis, “Ada yang menjual tissue dengan harga yang mahal, ada yang sering masuk ke rumah makan menjual tissue kemudian meminta untuk dibelikan makanan dan berbagai cara lain” pungkasnya di forum diskusi.

Amri melihat, semakin banyaknya anak-anak yang berubah profesi yang sebelumnya harus menempuh pendidikan, namun berubah menjadi pengemis menjadi hal yang mengkhawatirkan.
“Kami dari PD Mataram akan melanjutkan dan siap mengkawal dan mengadvokasikan fenomena tersebut,” pungkasnya.

Di akhir diskusi Arwan menyampaikan pentingnya agenda diskusi ini rutin dilakukan, apalagi Negara berkewajiban untuk melindungi dan mensejahterakan masyarakatanya, sehingga jangan sampai Pemerintah terkesan berpangku tangan dan tidak memberikan solusi apapun terkait pengemis dan anak jalanan tersebut.

“Agenda seperti ini, harus dilanjutkan. Untuk mengingatkan pejabat yang mempunyai wewenang untuk memberdayakan para pengemis,” tutup Arwan. (Red/Letter A)