Lensamandalika.com – Latihan pra musim MotoGP tahun 2022 yang dilaksanakan di sirkuit mandalika, Desa Kuta, Kecamatan pujut, kabupaten Lombok Tengah (Loteng), Nusa Tenggara Barat (NTB) sukses digelar, Jumat-Minggu (11-13/4/2022).

Namun disisi lain, event nyatanya meninggalkan kesan yang kurang baik terhadap masyarakat setempat lantaran penyekatan yang terlalu berlebihan yang dilakukan oleh pihak kepolisian dan TNI di sejumlah pintu masuk Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika.

Tak hanya warga, bahkan para pelaku wisata yang ada di kawasan KEK juga menilai bahwa penjagaan itu sangat berlebihan, terlebih – lebih kegiatan penykatan itu juga tidak ada surat edaran atau sosialisasi dari sebelumnya kepada masyarakat.

Warga setempat yang juga pegiat Pariwisata, Rata Wijaya mengungkapkan, dirinya merasa heran dengan penjagaan yang begitu ketat. Dikatakan Rate sapaan akrabnya, para pelaku pariwisata atau masyarakat setempat tidak diperlakukan penyekatan yang ketat sehingga membatasi mobilitas warga.

‘’Jujur saya terkejut dan heran ketika melihat pengamanan yang begitu ketat, kami yang biasanya melakukan aktifitas membangun ekonomi melalui pariwisata ini bingung, tiba-tiba dicegat dimana-mana, kegiatan itu juga tidak ada pemberitahuan terhadap kami sebagai masyarakat setempat,’’ ungkap Rate, Minggu (13/02/22) dikutip dari Ampenan News.

Adanya penyekatan itu, Kata Rate tidak sedikit para wisatawan yang berasal dari luar Lombok Tengah yang terpaksa harus putar balik kendaraanya. Yang mana seharusnya, Ia berharap seluruh warga lokal dapat menikmati antusiasme menonton ajang tersebut.

‘’Banyak warga yang berasal dari Mataram, Lombok Timur, yang terpaksa balik kanan. Seharusnya mereka diberikan untuk menyaksikan langsung atau hanya mendengar raungan kanalpot saja sebenarnya mereka sudah senang,’’ Kata Rate.

Selain itu, Rate juga menyinggung terkait pemberitaan tentang Gubernur NTB (Dr. Zulkiflimansyah) yang menonton dibelakang pagar sirkuit bersama masyarakat. Namun ternyata, seusai Gubernur menonton. Warga yang hendak menonton melalui tempat tersebut dibubarkan oleh pihak kepolisian.

‘’Apa yang diposting oleh pak gubernur itu ternyata adalah prank. Para pejabat bisa, kita masyarakat yang ingin menikmati suasana saja tidak diperbolehkan,’’ singgungnya.

Dirinya menilai bahwa pemerintah gagap sebagai tuan rumah penggelaran even internasional. Terlihat dari tidak ada garis koordinasi yang jelas dalam penyelenggaraan pra musim ini.

‘’seharusnya pemerintah kabupaten atau pemerintah provinsi membuat surat edaran terlebih dahulu kalau ada penyekatan terhadap masyarakat. Kami tidak mempermasalahkan adanya penyekatan ini, tapi aturannya harus jelas,’’ tegasnya.

Sementara, Lalu Sandika Irawan, ketua Masyarakat Sadar Wisata (Masata) Lombok Tengah sangat menyesalkan adanya penyekatan masyarakat itu. Baginya, pihaknya sudah susah payah dari sekian lama memberikan pemahaman tentang pariwisata, sehingga masyarakat mau secara aktif maupun pasif mendukung berbagi jenis kegiatan pariwisata. Namun itu terlihat sia – sia ketika masyarakat setempat saja tidak diberikan akses untuk beraktifitas.

‘’kami sangat menyesalakan perlakuan seperti ini. Banyak teman saya yang bertanya kenapa ada penyekatan dimana- mana, katanya kaloborasi tapi tidak ada kaloborasi itu, itu hoax semua. Tapi mereka ingin menikmati sendirian,’’ sesalnya.

Pelaku wisata itu juga menyebutkan, banyak tamu yang harus puter balik. Parahnya lagi, salah satu serpernya yang ingin melakukan selancar di pantai seger juga tidak diizinkan oleh petugas penjaga.

‘’yang tidak punya stiker di mobilnya pasti disuruh putar balik. Bahkan diduga ada salah satu GM Hotel yang katanya sudah mempunyai kartu pass bagi pengelola hotel tetap saja tidak dibolehkan masuk. Ini artinya mereka mau menikmati sendiri tanpa ada koordinasi yang jelas,’’ pungkasnya. (red/lm)