Lensamandalika.com – Sebanyak 86 atlet paralayang dari lima provinsi di Indonesia mengikuti kejurda paralayang. Lomba tersebut dipusatkan di Dusun Lancing Desa Mekarsari, Kecamatan Praya Barat, Lombok Tengah.
“Selamat berlomba dan tetap semangat,” pesan Bupati Loteng HL Pathul Bahri saat membuka kejuraan itu, Jumat (22/7).
Kelima provinsi itu yakni Papua, Sulawesi Tengah, Jawa Timur, Bali dan NTB. Khusus NTB, hanya tiga kabupaten yang tidak mengirim atletnya.
Kendati demikian, kejurda paralayang berjalan lancar, aman dan terkendali. Kejuraan itu digelar Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) NTB. Sekaligus menyambut hari anti narkotika internasional.
Adapun kelas-kelas yang dilombakan adalah U-22 perseorangan putra, U-22 perseorangan putri, umum perseorangan putra, umum perseorangan putri, U-22 beregu empat orang per kabupaten/kota putra dan putri. Kemudian, open overall gabungan putra dan putri, special class air force putra dan putri.
Selain itu, ada juga festival tandem, lomba fotografi alam, paralayang dan kehidupan warga sekitar.
“Kami bersyukur daerah kami ini tetap dijadikan lokasi paralayang,” tandas Pathul di hadapan Kapolda NTB Irjen Pol Djoko Poerwanto, Danrem 162/WB Brigjen TNI Sudarwo Aris Nurcahyo, Kepala BNNP NTB Brigjen Pol Gagas Nugraha, para pejabat Forkopimda Loteng dan pejabat organisasi perangkat daerah (OPD) lingkup Pemkab Loteng.
Selain Dusun Lancing, lanjut Pathul, beberapa bukit lainnya juga cocok untuk menjadi spot olahraga paralayang seperti Bukit Sombeng dan Bukit Siswa di Dusun Torok Aik Belek Desa Montong Ajan, Kecamatan Praya Barat Daya. Kemudian, beberapa titik di Kecamatan Pujut, seperti Desa Prabu, Desa Kuta hingga Desa Tumpak.
Sementara itu, Kepala BNNP NTB Brigjen Pol Gagas Nugraha mengatakan, kejurda paralayang bertujuan untuk mencari atlet-atlet terbaik, sehingga bisa mewakili daerah ke tingkat nasional. Bahkan internasional. Kejurda itu sendiri digelar selama empat hari dari 21-24 Juli.
“Kita berharap kegiatan ini berkelanjutan,” ujarnya, di tempat yang sama.
Dengan harapan, mampu memberikan efek positif bagi warga sekitar. Mereka bisa berjualan kopi, nasi dan minuman ringan, hingga kerajinan tangan. Namun, tidak tutup kemungkinan kegiatan yang sama akan dijajaki di seluruh kabupaten/kota di Pulau Lombok.
“Sehingga inilah yang kita sebut pemerataan pengembangan pariwisata,” papar Gagas.
Dengan begitu, wisatawan bisa merasakan keindahan dimasing-masing objek wisata yang ada. Dari 86 atlet itu, peserta dari NTB sebanyak 68 orang. Sisanya 18 atlet dari empat provinsi. Lomba hanya diikuti atlet dari NTB, peserta dari luar hanya ikut memeriahkan saja. (red/lm))