Headline- Dibalik megahnya Sirkuit Mandalika dan bangganya kita dengan perhelatan WSBK dan MottoGP yang diagung-agungkan pemerintah daerah dan pusat, masih saja ada hal miris yang menyisakan kesedihan bagi masyarakat yang tinggal di balik bukit di sebelah sirkuit mandalika.

Tidak terlalu jauh dari Sirkuit Mandalika terdapat satu desa yang baru definitif tanggal 1 oktober 2022 bernama Desa Dadap. Desa ini adalah wilayah pemekaran dari desa Pengengat Kecamatan Pujut. Desa ini berjarak sekitar 3 kilometer dari sirkuit mandalika.

Ketika masyarakat di desa lain sudah mengenal internet sejak tahun 2000an dan bisa mengakses internet dari dalam kamarnya, masyarakat di desa ini sampai saat ini masih harus naik bukit untuk bisa sekedar menelpon atau mengirim pesan melalui Whatsapp.

“Kita sudah menyuarakan permintaan sinyal sejak beberapa tahun yang lalu karena kami ingin seperti masyarakat lainnya yang bisa menelpon dan internetan setiap hari. HP kami hanya bangkai di rumah kami jika kami tidak bepergian atau naik bukit, kami ndak bisa pakai” Kata Hamdani selaku salah satu kadus di desa tersebut.

Terpisah, salah satu tokoh pemuda di desa Dadap, Junardi mengatakan bahwa Aspirasi sinyal ini sudah disampaikan ke anggota Dewan, Bupati, Gubernur, Camat dan tokoh-tokoh yang berkunjung ke wilayahnya. Namun tidak ada hilal solusi sampai saat ini, pungkasnya.

Pada bulan Februari awal tahun 2022, salah satu Dosen Fakultas Teknik Universitas Mataram, Sutami A. M.Eng datang melakukan Observasi sebagai bahan pengajuan kegiatan pengabdian masyarakat di Desa Persiapan Dadap, dan menemukan masalah Blank Spot sebagai salah satu masalah utama yang sangat membutuhkan solusi penyelesaian.

Berbasis itu Dosen muda yang mengajar di jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik unram tersebut mengajukan proposal pengabdian masyarakat berupa alat penguat sinyal untuk masyarakat di Desa Dadap Kecamatan Pujut.

Pada tanggal 2 Oktober instalisasi alat penguat sinyal selesai dipasang dan langsung bisa digunakan dan dimanfaatkan oleh masyarakat.

“Idealnya untuk topografi wilayah seperti ini, minimal 3 alat penguat sinyal dipasang di 1 dusun. Rumah yang jarang dan tersembunyi di balik bukit menyulitkan provider untuk memasang tower BTS di desa ini, sehingga solusi penguat sinyal salah satu solusi yang paling tepat” ungkap Dosen Unram lainnya yang ikut dalam kegiatan instalasi penguat sinyal di desa Dadap.

Dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini, penguat sinyal hanya bisa dipasang di satu dusun yakni dusun Papak. Itupun jangkaunnya hanya 500 meter dan tidak cukup untuk 1 dusun dengan model topografi wilayah seperti di desa dadap. “Minimal 3 dipasang dalam satu dusun jika mau semua dapat sinyal” kata salah satu mahasiswa yang ikut memasang alat tersebut.

Dalam kegiatan itu juga, para dosen unram yang ikut dalam kegiatan Pengabdian Masyarakat juga menyerahkan bantuan berupa sound wireless dan microphone di masjid Darul Muttaqien dusun Papak Desa Dadap.