lensamandalika.com – Event MotoGP di India 2023 yang resmi diselenggarakan pada 22-24 September 2023 di Sirkuit Internasional Buddh, Greater Noida, India kemarin.
Jauh sebelum hari penyelenggaraannya, MotoGP perdana di India ini telah menjadi sorotan dunia karena mengalami banyak masalah. Bahkan, panitia lokal MotoGP India 2023, Fairstreet Sports, merasa terkejut dengan kekacauan yang terjadi jelang balapan, terutama terkait masalah visa.
“Insiden ini tidak terduga dan kami akan melakukan apapun untuk segera mengatasinya,” ucapnya, Jumat (22/9/23).
“Harap maklum bahwa ini bukan cerminan dedikasi dan kerja keras kami. Ini merupakan kesalahan teknis yang tidak terduga dan bagian tak terpisahkan dari tantangan yang dihadapi selama acara perdana seperti ini,” lanjutnya.
Berikut 7 kisruh MotoGP India, yang diambil dari berbagai sumber.
Pertama, sirkuit dijadikan sebagai ‘Hotel’ bagi masyarakat local. Diketahui bahwa Sirkuit Internasional Buddh ternyata belum sepenuhnya bersih menjelang pelaksanaan MotoGP India 2023, banyak warga lokal India yang menggunakan area ruangan di paddock sirkuit untuk tidur bermalam. Bahkan, Operator MotoGP dan International Road Racing Team Association (IRTA) sampai memperingati seluruh tim untuk berhati-hati ketika berada di area kantor, ruang istirahat, dan ruang ganti di paddock.
“Ada orang-orang India yang menggunakan ruangan itu untuk menginap, Penyelenggaraan dari Grand Prix ini (India) sejauh ini benar-benar kacau,” ungkap manajer tim MotoGP, Jumat (22/9/23).
Kedua, ular Berbisa masih banyak berkeliaran mengancam pembalap MotoGP
Direktur Medis MotoGP, dr. Angel Chartre, menjelaskan bahwa trek di Sirkuit Internasional Buddh merupakan rumah ular berbisa. Maka dari itu, dia mengeluarkan peringatan pada Jumat (22/9/23) lalu terkait ancaman ular berbisa, terutama untuk para pembalap.
Ketiga, pengerjaan sirkuit terlalu singkat. Seperti diketahui, pengerjaan trek atau lintasan Sirkuit Internasional Buddh baru saja selesai beberapa hari yang lalu. Akibatnya, proses homologasi dilakukan dengan waktu yang mepet. Sebagai informasi, homologasi merupakan proses pengecekan kualitas sirkuit dan penunjang lainnya.
Dikatakan bahwa trek Sirkuit Internasional Buddh masih belum memperoleh homologasi resmi dari Federation Internationale de Motocyclisme (FIM). Para pembalap MotoGP pun disebut sangat khawatir karena sirkuit itu baru pertama kali digunakan untuk ajang balap motor kelas premier.
Sirkuit Internasional Buddh sendiri memiliki panjang lintasan 4,96 kilometer, lebar 12 meter, lintasan lurus sepanjang 1.006 meter, sembilan tikungan kanan, dan lima tikungan kiri. Tetapi layout Sirkuit Internasional Buddh dinilai lebih cocok untuk balap mobil sehingga harus mengubah area run off. FIM pun sudah meminta sirkuit untuk mengurangi permukaan aspal dan perluasan lapisan kerikil di beberapa titik.
Rencananya, balap akan diselenggarakan sebanyak 24 lap (118,97 km), Moto2 sebanyak 19 lap (94,18 km), dan Moto3 sebanyak 17 lap (84,27 km).
Keempat, virus nipah atau NiV masih juga menjadi ancaman di India. NiV merupakan salah satu kekhawatiran masyarakat dunia, termasuk MotoGP, pasca menewaskan dua warga asal Kerala, India Selatan, sebanyak 706 masyarakat India sudah dites untuk kemungkinan penularan virus zoonosis ini.
Walaupun lokasi MotoGP India berjarak 2.600 kilometer dari wilayah Kerala, penyelenggara selalu berwaspada terhadap risiko penyebaran penyakit dari hewan ini.
Sebagai informasi, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan bahwa Virus Nipah dari kelelawar buah yang ditularkan ke babi ketika terjadi penebangan hutan secara besar-besaran. Mengakibatkan, populasi kelelawar berpindah mendekati area peternakan.
Ternak babi yang sudah terinfeksi dapat menularkan Virus Nipah ke peternak dan peternak dapat menularkannya ke sesama manusia (Zoonosis). Proses penularan yang mudah inilah yang menjadikan Virus Nipah diduga dapat berpotensi menjadi pandemi.
Kelima, tarif transportasi yang mencapai Rp 300 juta. Para wartawan atau awak media yang meliput MotoGP India 2023 disebut mengeluhkan tarif transportasi yang begitu mahal. Menurut laporan, para fotografer harus menyewa skuter seharga 150 euro atau sekitar Rp2,45 juta (asumsi kurs Rp16.373/US$) untuk tiga hari. Bahkan, kondisi fisik skuter pun masih belum diketahui.
Selain skuter, India juga menawarkan jasa antar-jemput dengan mobil. Tetapi, biaya yang harus dibayarkan sangat mahal, yaitu 8 ribu euro sampai 20 ribu euro atau sekitar Rp130,9 juta sampai Rp327,4 juta.
Keenam, sewa penginapan yang sangat mahal. Selain transportasi, sewa penginapan di India juga dikeluhkan karena dipatok dengan harga yang sangat mahal.
“Bagi kami, ini akan menjadi Grand Prix termahal sepanjang masa,” ucap bos sebuah perusahaan layanan MotoGP.
“Ini merupakan salah satu balapan termahal. Harga-harga hotel sangat mahal,” ungkap pemilik Liqui Moly Husqvarna Moto3, Peter Öttl.
“India adalah Grand Prix yang sangat mahal bagi kami. Penerbangan, hotel, visa, dan layanan antar-jemput sangat mahal. Selain itu, makanan dan minuman tidak begitu cocok bagi kami,” cuit bos tim PrustelGP, Florian Prustel.
Terakhir, pengiriman barang tak sesuai. Selain masalah teknis, masalah kargo yang mengirimkan logistik juga menjadi perhatian MotoGP India.
Dikatakan bahwa panitia setempat menggunakan truk brailer dan tanpa boks pelindung untuk mengangkut perlengkapan tim dari bandara New Delhi ke Sirkuit Internasional Buddh. Hal tersebut dinilai tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Meskipun tidak ada kerusakan atau kehilangan barang, sejumlah laporan mengatakan bahwa beberapa kiriman logistik terlambat dari jadwal yang seharusnya. (red/Respa)