lensamandalika.com – Perang Bintang yang akan menyajikan persaingan sengit akan tersaji di Pemilihan Legislatif (Pileg) DPRRI Daerah Pemilihan (Dapil) NTB II Pulau Lombok. Menurut data Daftar Calon Tetap (DCT) yang dirilis Komisi Pemilihan Umum (KPU), terdapat sebanyak 144 figur yang diisi sejumlah tokoh ternama yang dipastikan bakal memperebutkan 8 kursi DPRRI dari dapil Pulau Seribu Masjid.
Diyakini, pertarungan di dapil ini akan terasa lebih sengit daripada Pileg 2019. Hal tersebut lantaran tokoh-tokoh beken itu bakal ‘adu otot‘ untuk dapat melaju ke Senayan.
Adapun nama-nama tersebut yang saat ini masih tercatat mewakili suara rakyat Pulau Lombok di Senayan di antaranya, Helmy Faishal Zaini (PKB), Rachmat Hidayat (PDIP), Sari Yuliati (Golkar), Syamsul Luthfi (NasDem), Suryadi Jaya Purnama (PKS), Nanang Samudra (Demorkat), dan Hj. Wartiah (PPP).
Para incumbent tersebut kini harus menyiapkan strategi yang lebih mumpuni. Pasalnya, mereka akan berhadapan dengan sejumlah tokoh yang bukan kaleng-kaleng, sebut saja eks Gubernur NTB dua periode yakni Tuan Guru Bajang (TGB) Zainul Majdi yang maju dengan mengendarai Partai Perindo, kemudian ada eks Bupati Lombok Barat Fauzan Khalid, dan terdapat juga sejumlah fungsionaris partai di tingkat pusat-daerah.
Sampai dengan 14 Februari yang akan datang ketika waktu pencoblosan tiba, mereka harus terus mengerahkan daya upaya sekuat tenaga untuk menarik simpati sekitar 2,7 juta pemilih di Pulau Lombok.
Mengutip Detikcom, pengamat Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram, Ihsan Hamid berkeyakinan bahwa Pileg DPR dapil Lombok akan berjalan sengit ketimbang Pileg 2019.
Dia mengamati bahwa turunnya sejumlah tokoh kenamaan disinyalir akan menambah keseruan pertarungan. Dari peta komposisi caleg di masing-masing parpol, dia meyakini akan ada petahana yang terpental.
“Saya melihat dari 8 tokoh yang duduk di Senayan saat ini (hasil Pileg 2019) akan ada yang terpental. Entah karena partainya tak lagi dapat kursi atau memang wajahnya (orangnya) yang berganti,” ungkapnya kepada awak media pada Selasa (7/11/23).
Dari total delapan parpol yang saat ini punya kursi, Ihsan melihat setidaknya ada tiga parpol yang berada dalam posisi rawan kehilangan kursi.
“Pertama Gerindra, setelah meninggalnya Pak Bambang Kristiono, pertarungan jadi akan seru. Ada Rannya yang meneruskan kiprah Bambang Kristiono, ada Lale Syifa, dua ini yang cukup bersaing. Ada juga Karioka yang masuk saat DPT, hampir 50-50,” lanjutnya.
Sementara itu Partai Demokrat, dia melihat ada dua nama yang bersaing. Pertama, petahana Nanang Samudra dan eks Wakil Ketua DPRD Lombok Barat, Sulhan Muchlis. Dengan gerakan yang digalang Sulhan saat ini, dia berpendapat bahwa Sulhan berpotensi kuat menggusur kursi Nanang Samudra.
Hal yang sama pun terjadi di NasDem. Petahana Syamsul Luthfi punya kans yang sama untuk duduk di kursi DPR dengan pesaingnya, eks Bupati Lombok Barat, Fauzan Khalid.
“Dan jangan lupa, ada Pak Qurtubi. Pak Fauzan masih fresh, baru purna tugas jadi bupati Lombok Barat. Ini lawan yang sepadan untuk Pak Syamsul Luthfi,” tambahnya.
Sementara di Golkar dan PDIP, dia menerangkan bahwa dua partai tersebut masih cukup perkasa. Sari Yuliati (Golkar) dan Rachmat Hidayat (PDIP) menurutnya juga punya penguasaan yang cukup kuat di partai, selain jaringan di tingkat DPP.
Sementara PKS, dia menerangkan ada dua nama yang berpotensi menggusur Suryadi Jaya Purnama. Mereka diantaranya yaitu anggota DPRD NTB fraksi PKS, Abdul Hadi dan aktivis Karman BM. Apalagi, Suryadi saat ini tak menempati posisi nomor urut 1, melainkan kebagian nomor urut 2. Secara tradisi, PKS menempatkan kader andalannya selalu pada nomor urut 1. Nomor urut 1 di PKS menurutnya merupakan representasi kekuatan mesin partai.
Selanjutnya Partai berlambang ka’bah (PPP), menurutnya punya setidaknya tiga petarung. Ada petahana Hj Wartiah, kemudian ada Hj. Ermalena dan anggota DPRD NTB enam periode, TGH Hazmi Hamzar.
Terakhir PKB. Menurutnya, kondisi PKB saat ini cukup riskan. Praktis, hanya dua figure yang akan bertarun, diantaranya petahana Helmy Faishal Zaini dan Ketua DPW PKB yang juga anggota DPRD NTB Lalu Hadrian Irfani.
Menurutnya, parpol yang paling berpotensi kehilangan kursi yaitu PKB dan PPP.
“PKB dari komposisinya cukup rawan. Sementara PPP, hambatannya mereka adalah apakah mampu menembus Parliamentary Threshold (PT) 4 persen. Surveinya kan di bawah PT terus,” terangnya.
Selain mengungkap ada yang berpotensi tergusur, setidaknya ada dua partai lain yang berpeluang merebut kursi. Pertama adalah Perindo dan kedua Partai Amanat Nasional (PAN).
“Perindo itu kita tidak perlu bicara banyak, ada TGB Zainul Majdi. Tokoh yang keterterimaannya sangat kuat di NTB. Perindo bisa dapat kursi karena ada TGB. Tetapi pertanyaannya sama, apakah Perindo mampu lolos PT? Kalau lolos PT, rumus politiknya pasti TGB dapat kursi,” ungkapnya.
“PAN ini kuda hitam. Petarungnya ada sekitar 4-5 orang. Ada Muazzim Akbar, Gede Syamsul, Izzul Islam, Nasruddin dan lain-lain. Ini dari komposisi sangat matang. Bisa jadi ancaman parpol lain juga” tutupnya.
Sebagai informasi Sahabat Lensa Mandalika, pileg DPR RI dapil NTB II Pulau Lombok bakal memperebutkan 8 kursi. Adapun pada pileg 2019 silam, 8 kursi itu diraih delapan partai berbeda di antaranya:
Helmy Faishal Zaini
Nomor Urut : 1
Suara Sah : 44.210
Nama Partai : Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)
Bambang Kristiono (alm)
Nomor Urut : 1
Suara Sah : 97.110
Nama Partai : Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra)
Rachmat Hidayat
Nomor Urut : 1
Suara Sah : 54.152
Nama Partai : Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP)
Sari Yuliati
Nomor Urut : 1
Suara Sah : 82.803
Nama Partai : Partai Golongan Karya (Golkar)
Syamsul Luthfi
Nomor Urut : 8
Suara Sah : 44.467
Nama Partai : Partai Nasional Demokrat (Nasdem)
Suryadi Jaya Purnama
Nomor Urut : 1
Suara Sah : 61.979
Nama Partai : Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
Wartiah
Nomor Urut : 1
Suara Sah : 56.710
Nama Partai : Partai Persatuan Pembangunan (PPP)
Nanang Samodra
Nomor Urut : 1
Suara Sah : 46.384
(red/Respa)