Lensamandalika.com – Banjir menerjang sejumlah wilayah di Kabupaten Lombok Tengah (Loteng), antara lain di Kecamatan Pujut seperti Desa Awang dan Desa Kuta beberapa hari yang lalu.
Di Desa Kuta, tepatnya di Dusun Rangkap, banjir setinggi paha orang dewasa tepat di depan Sirkuit Mandalika. Petugas gabungan dari BPBD dan kepolisian turun ke lokasi menyedot banjir agar air segera surut.
Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Barat, DR H Zulkieflimansyah langsung meninjau korban banjir di Desa Awang. Gubernur menduga, kerapnya banjir belakangan ini akibat bukit yang gundul dan ditanami jagung oleh masyarakat sekitar.
“Mengunjungi lokasi banjir kecamatan Pujut Lombok Tengah, penyebabnya karena drainase yang tersumbat lumpur yang dibawa air dari gunung. Gunung gundul akibat ditanami jagung,” tulisnya di akun Facebook pribadi miliknya.
Sementara itu, pegiat sosial dan lingkungan, Lalu Debi Margadi Kusuma atau yang lebih akrab disapa Amaq Ketujur menyebut penyebab banjir belakangan ini bukan hanya semakin maraknya bukit yang berubah menjadi ladang jagung.
Menurutnya, pemilik properti yang belakangan ini semakin marak membangun akomodasi di atas bukit di kawasan Mandalika dan daerah-daerah lain di sekitarnya juga harus bertanggung jawab terkait semakin maraknya banjir.
Masalah banjir menurutnya akan terus berlanjut kalaupun upaya-upaya pelebaran drainase dan sungai dilakukan, hal tersebut juga mengingat beberapa waktu ke depan pembangunan diatas-atas bukit juga akan semakin massif.
“Oke di satu sisi karena maraknya lahan gundul akibat jagung, tapi pembangunan akomodasi ini juga saya rasa turut ikut andil bikin Mandalika dan sekitarnya jadi langganan banjir,” ungkapnya.
“Ini memang soal perut, tapi tolong Para pemangku kebijakan yang datang menengok korban banjir juga mengupayakan solusi yang lebih solutif kedepannya, jangan hanya datang menyerahkan sekardus mie instan saja,” imbuhnya.
Dirinya meminta agar kedepan ada aturan-aturan semacam perda yang lebih ketat untuk mengendalikan pembangunan properti di atas bukit.
“Perda yang mengatur itu (Pembangunan akomodasi di atas bukit, red) saya rasa perlu diadakan kedepannya, tapi saya lihat Ekeskutif dan Legislatif kita ogah buat merealisasikan hal itu,” cetusnya.
Amaq Ketujur juga turut berkomentar mengenai pernyataan Bupati Lombok Tengah, H Lalu Pathul Bahri yang tidak mempermasalahkan gundulnya hutan akibat penanaman jagung yang berakibat maraknya banjir.
“Komentar Pak Bupati tidak menunjukkan dirinya sebagai pemimpin, justru malah mau lepas tangan. Pemerintah jangan pikir investor saja, sementara rakyat yang menanggung dampaknya,” pungkasnya. (red/lm)