Lensamandalika.com – Berbagai cara dilakukan untuk memperingati hari Kartini yang jatuh setiap tanggal 21 April. Salah satunya seperti yang rutin dilakukan setiap tahun oleh para peselancar perempuan di Lombok, surfing dengan mengenakan pakaian khas Indonesia yakni Kebaya.
Jika biasanya para peselancar perempuan itu mengenakan baju renang ketika surfing, khusus untuk hari Kartini, mereka meninggalkan kebiasaan itu dan menggantinya dengan kebaya lengkap dengan kain batiknya.
Bertempat di Pantai Tanjung Aan-Mandalika, Desa Kuta Kecamatan Pujut, Lombok Tengah, Kamis (21/4/2022), aksi memperingati Hari Kartini yang terbilang unik itu dinisiasi oleh Lombok Surfer Girls Community dan diikuti oleh 15 orang peserta yang terdiri dari warga lokal dan wisatawan mancanegara, salah satunya adalah Cahaya yang masih berumur 11 tahun.
Meski mengalami kesulitan yang disebabkan kostum yang digunakan, dia mengaku senang dan bersemangat bisa mengikuti kegiatan itu.
ketua Lombok Surfer Girls, Shille Minota mengungkapkan, pihaknya berselancar dengan mengenakan kain batik dan kebaya dalam rangka hari Kartini untuk memperingati hari lahir pejuang perempuan Indonesia. Dirinya mengaku agak susah melakukan surfing dengan kostum (Kebaya dan kain batik) yang dia kenakan. Terutama pada saat melakukan paddle.
“Pas paddle biasanya agak susah, juga pas mau berdiri. Ombaknya lumayan bagus, tapi airnya agak naik sedikit,” katanya.
Dikatakannya, dia terinspirasi dari Kartini untuk memperjuangan emansipasi perempuan Indonesia khususnya agar bisa bersurfing juga seperti para turis lainnya.
“Kita sudah punya tempat terindah dimana kita enjoy (surfing) ini. Dan tentu untuk kebangkitan pariwisata di Lombok, karena saya pikir kedatangan wisatawan mancanegara di Lombok ini kebanyakan karena mau surfing,” jelas perempuan kelahiran Flores, NTT itu.
“Saya pingin lebih banyak orang mengenal Lombok dari sisi Surfing, saya pingin perempuan Indonesia juga bisa mengenalkan Surfing ke dunia luar,” imbuhnya.
Melalui kegiatan tersebut, dirinya mengajak perempuan-perempuan di Indonesia khususnya di Lombok untuk belajar surfing. Diakuinya, ada stigma yang berkembang di masyarakat yang membuat penggemar surfing tidak banyak dari kalangan perempuan.
“Saya ingin mengajak untuk mengesampingkan stigma itu, tidak semua perempuan berkulit hitam itu tidak cantik. Saya mau mengajak agar perempuan Indonesia bisa enjoy selancar dan sepadan dengan anak-anak laki-laki yang bisa mendunia melalui selancar,” tegasnya.
Damar, ketua Persatuan Selancar Ombak Indonesia (PSOI) Kabupaten Lombok Tengah di sela-sela kegiatan tersebut memberikan apresiasi dan dukungan penuh terhadap Lombok Surfer Girls yang telah rutin melaksanakan peringatan Hari Kartini dengan surfing menggunakan kebaya dan kain batik.
“Kami dukung penuh acara ini. Saya berharap kedepan akan tambah banyak calon surfer perempuan yang lebih berminat lagi untuk belajar surfing,” katanya.
“Sekarang ini sebenarnya, kami sedang mencari bibit peselancar perempuan. Karena di Lombok ini minim sekali peselancar perempuan. Harapan saya agar kegiatan ini dipublikasikan dengan baik agar para orang tua lebih terbuka pemikirannya. Tidak melihat surfing sebagai olahraga liar,” imbuhnya.
Diakuinya, dirinya banyak belajar di dunia surfing karena bisa bertemu dengan orang-orang dari berbagai negara.
“Kita belajar banyak sebenarnya. Yang saya rasakan, di surfing ini membantu kita berpikiran lebih luas lagi.,” ungkapnya.
Kedepannya, pihaknya akan berkolaborasi dengan Lombok Surfer Girls membuat wadah khusus untuk para surfer perempuan.
“Sekarang kan kita lagi mengikuti Liga Surfing Indonesia, cuma kita masih belum ada divisi untuk cewek. Kepengen sekali sebenarnya kita punya satu divisi untuk cewek, biar kita juga punya atlet selancar cewek,” jelasnya.
Dikatakannya, keanggotaan atlet selancar perempuan di PSOI Lombok Tengah masih minim karena berbagai stigma yang berkembang di masyarakat.
“Surfing itu kan bukan sekedar senang-senang saja, tapi bisa buat stress healing juga dan bahkan bisa mengukir prestasi. Minimnya dukungan orang tua khususnya kepada para peselancar bukan hanya dialami oleh peselancar perempuan, tetapi juga dirasakan oleh peselancar laki-laki,” jelasnya
“Jadi kita harus lebih banyak mempublikasikan kegiatan-kegiatan positif dengan surfing sehingga para orang tua bisa mengijinkan anak-anaknya untuk nimbrung di dunia surfing,” pungkasnya.
Selamat Hari Kartini ya, untuk perempuan-perempuan tangguh nan hebat sahabat Lensa Mandalika. Habis Gelap Terbitlah Terang! (red/Lsi)