Daripada menyemprot jalanan dengan disinfektan mengandung klorin, lebih baik menggalakkan kegiatan cuci tangan dengan sabun.
“Saya lebih melihat orang-orang mencuci tangan dan menjaga jarak, hal seperti itulah yang merupakan aksi tanggap masyarakat terhadap virus, bukan menyemprotkan klorin di mana-mana,” kata Fisher.
Dilansir Reuters, Fisher bahkan menganggap langkah penyemprotan jalanan dengan disinfektan bisa berisiko merugikan kesehatan masyarakat, membuang waktu, dan menghamburkan sumber daya.
“Itu adalah sebuah gambaran konyol di banyak negara,” kata Fisher yang juga ahli penyakit menular, Selasa (31/3).
“Saya tidak percaya itu bisa berkontribusi apapun untuk merespons (COVID-19) dan bisa beracun bagi masyarakat. Virus itu tidak akan bertahan lama di lingkungan dan orang-orang pada umumnya juga tidak menyentuh permukaan (tanah/jalanan),” kata Fisher.
Peneliti dari Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) China, Zhang Liubo, bahkan mewanti-wanti masyarakat supaya tidak kelewat kerajingan main semprot disinfektan. Soalnya, cairan disinfektan bisa berbahaya bagi manusia bila kelewat banyak masuk ke tubuh.
“Permukaan di luar ruangan, seperti jalanan, tempat lapang, rerumputan, jangan sering-sering disemprot dengan disinfektan… Menyemprot disinfektan dalam area yang luas dan terus-terusan bisa bikin polusi lingkungan dan harus dihindari,” kata Zhang Liubo, dilansir Science dari siaran televisi CCTV China. (red/lensamandalika.com)
Baca juga artikel lainnya:
- Sukses di Porprov, KONI Lombok Tengah Kini Bereskan Urusan Internal Cabor
- Soal Kasus Alus Darmiah, SWIM Harap Polisi Kedepankan Restorative Justice
- Protes Penahanan Alus Darmiah, Ketua KTK Pujut Instruksi Kepung Kantor ITDC
- Waspada! Warga pergoki Penipuan Modus ‘Kehabisan Bensin’ di Lombok Barat
- Ancaman Abrasi di Mertak-Pujut, Sitti Ari Desak Pemerintah Beri Solusi Cepat