Lombok Tengah – Kasus Positif Corona di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) kian meningkat. Berdasarkan rilis resmi yang disampaika oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi NTB, Drs. H. Lalu Gita Ariadi, Rabu malam (22/4/2020), terdapat penambahan 7 kasus baru sehingga total positif Covid-19 di NTB menjadi 115 orang.
Salah satu klaster carrier yang paling reaktif yakni klaster Gowa yang sejauh ini berjumlah 78 kasus positif Covid-19 sehingga menambah daftar panjang contact tracing yang akan dilakukan oleh petugas medis guna mencegah semakin meluasnya Covid-19 ditengah masyarakat.
Dalam upaya memutus mata rantai penyebaran Covid-19, pemerintah daerah kabupaten Lombok Tengah melalui gugus tugas percepatan penanganan covid-19 di tingkat kabupaten melakukan karantina terpusat khususnya bagi jemaah tabligh alumni ijtima’ Gowa di eks kantor bupati Lombok Tengah di Kota Praya.
Seiring dengan fasilitas yang kurang memadai bagi peserta karantina di eks kantor bupati, Sekda Kabupaten Lombok Tengah, DR. H. Nursiah akhirnya bersurat kepada manajemen Illira Lite Hotel (Eks hotel dpraya) yang berlokasi di Desa Penujak untuk menampung sementara Pelaku Perjalanan Tanpa Gejala (PPTG) dengan tujuan Gowa, Sulawesi Selatan yang berjumlah 70 orang.
“Memperhatikan kondisi kelayakan unit layanan karantina terpusat kabupaten Lombok Tengah yang berlokasi di Eks Kantor Bupati Lombok Tengah dan Eks Aerotel Tastura, maka Gugus Tugas percepatan penanganan Covid-19 akan melakukan pembenahan sarana prasarana dimaksud,” Papar Sekda melalui surat kepada manajemen Illira Lite Hotel.
Sekda juga menjelaskan bahwa kondisi 70 orang PPTG Eks Gowa tersebut menurut hasil pemeriksaan klinis dan medis dalam keadaan sehat terbukti dari hasil rapid test menunjukkan jemaah tersebut non reaktif Covid-19. Penitipan PPTG tersebut menurut Sekda tetap akan dilakukan pendampingan oleh tenaga medis dan personil pendukung lainnya seperti TNI, POLRI, POL-PP sesuai dengan protokol yang berlaku.
Meski demikian, sejak beberapa hari yang lalu hingga Rabu (22/4/2020) kemarin, Masyarakat setempat terus melakukan aksi penolakan agar PPTG beserta keluarganya yang dititipkan Pemkab Lombok Tengah di Hotel Illira segera di evakuasi ke tempat lain.
Kekhawatiran masyarakat bukan tanpa alasan, karyawan hotel Illira yang notabene warga sekitar dan belum sepenuhnya memahami prosedur protokoler penanganan Covid-19 dan masih bekerja pulang pergi dari rumah masing-masing serta lokasi hotel yang dekat dengan pemukiman dan aktifitas warga Penujak ditakutkan menjadi pintu masuk paparan virus di desa mereka yang masih zona hijau.
Bahkan dalam aksi penolakan sebelumnya, dilansir dari Suaralomboknews.com. Kepala Desa Penujak sempat mengatakan siap dicopot dari jabatannya jika tuntutannya tidak diindahkan.
”Kami sedang menjaga wilayah Desa dari Virus Corona, kok malah kami didatangkan Klaster Gowa yang Reaktif. Jangan mentang – mentang jadi Bupati, Wakil Bupati dan Sekda terus berbuat semaunya, kalau gara-gara ini (Menolak) saya dipecat tidak apa – apa, silakan kalau berani,” kesal Lalu Suharto, di Posko Gugus Tugas Covid-19 Desa Penujak dikutip dari suaralomboknews.com, Selasa, (21/04/2020).
Selain Illira Lite Hotel, beberapa hari sebelumnya DMAX Hotel & Convention juga sempat dikepung warga 3 desa lingkar bandara karena menampung karyawan dan manajemen PT. Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) dengan dalih yang sama.
Saat dikonfirmasi oleh tim liputan lensamandalika.com, General Manager (GM) Illira Lite Hotel Praya, Anang Kasiono mengaku tidak bisa berbuat banyak.
Menurut Anang, awalnya Pemkab Lombok Tengah melakukan pemesanan kamar untuk menampung dokter dan perawat khususnya yang berjaga di Rumah Mutiara Indonesia (RMI).
“Awalnya memang betul paramedis ini stay sama kita, lalu pada malam berikutnya keluarga alumni Ijtima’ Gowa yang dibawa karena menurut Pemkab Lombok Tengah, mereka sudah tidak diterima dimana mana. Kami malahan baru tau kalau mereka bukan paramedis setelah mereka sudah check in karena memang tidak ada pemberitahuan sebelumnya ke kami,” jelasnya
Menyikapi tuntutan warga sekitar, Anang mengatakan itu merupakan hal yang wajar karena semua wilayah, bukan hanya Penujak, sedang siaga satu mencegah masuk dan menyebarnya virus corona.
“Termasuk kami di Illira juga khawatir, namun pihak pemda menegaskan bahwa mereka ini sudah 2 kali di test swab dan hasilnya negatif. Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, dikarantina dulu sampai betul-betul bisa dipastikan tidak ada yang terjangkit,” imbuhnya.
Walau bagaimanapun, lanjut anang, tenaga medis maupun karyawan hotel yang bertugas tetap menerapkan sosial dan physical distancing serta protokoler penanganan Covid-19 dengan memakai Alat Pelindung Diri (APD) yang lengkap. Selain itu, Karantina tersebut, menurut anang juga tetap diawasi oleh aparat.
Ia mengaku sudah memblok ruangan khusus 2 lantai untuk PPTG Eks Gowwa tersebut dan dilakukan penjagaan 24 jam oleh kepolisian dari Polisi Sektor Praya Barat dan tenaga medis lainnya sehingga bisa dipastikan keamanan karyawan terjamin.
“Kalau memaksa kami untuk merelokasi mereka, jelas tidak bisa. Standarisasi mobilisasi saja kami tidak faham. bagaimana mau mengevakuasi. Lagipula mau dievakuasi kemana,” tanyanya.
Lebih lanjut, Ia mengajak warga Lombok Tengah agar sama sama mengikuti petunjuk dari pemkab agar jangan sampai mereka terlunta-lunta tidak jelas.
“Kasian juga nanti kalau sampai terlunta-lunta, mereka juga sahabat kita yang harus kita bantu. Mengenai penolakan warga, saya terus berkoordinasi dengan Sekda selaku Ketua gugus tugas percepatan penanganan Covid19 di Lombok Tengah untuk meminta arahan dan mencari solusi terbaik untuk menyikapi masyarakat,” terang manager muda ini panjang lebar.
(_dwr/Raw)