Mataram – Sudah menjadi suatu fenomena yang lumrah setiap tahun di akhir bulan Ramadhan terkait pusat perbelanjaan yang kian ramai dikunjungi warga untuk keperluan lebaran. Belanja pakaian baru, sepatu baru, sendal baru, dan hal lainnya menjadi sebuah tradisi yang terulang setiap tahun menjelan lebaran Idul Fitri.
Pun ketika sekarang kondisi sedang mewabahnya pandemi, imbauan pemerintah menutup tempat ibadah namun membiarkan pintu pusat perbelanjaan terbuka menganga bisa menjadi alasan warga untuk tak lagi diam di rumah. Tradisi pakaian baru membuat semua membuncah ingin keluar rumah.
Apalah artinya imbauan social physical distancing dan jauhi kerumunan, semua tak terhindarkan ketika memasuki Lombok Epicentrum Mall, Fashion one, roxy dan dan pusat perbelanjaan lainnya yang sempat akan kembali ditutup namun ternyata buka hingga saat ini dan kemungkinan penutupan kembali tak akan terjadi.
Iming-iming diskon dan tradisi serba baru saat lebaran membuat sebagian orang abai, tak lagi mengindahkan imbauan pemerintah untuk pencegahan corona. Atau mungkin, tak ada penyebaran corona di pusat perbelanjaan menjelang lebaran ?
Memang, belakangan ini trend penambahan kasus positif corona di NTB kian hari kian berkurang. Terbalik dengan penambahan sembuh baru yang kian hari terus bertambah. Terbaru, Minggu (7/5/2020) hanya ada penambahan kasus positif sebanyak 6 orang, sedangkan penambahan sembuh baru sebanyak 13 orang.
Berdasarkan keterangan resmi dari Sekda NTB, Minggu kemarin, Angka kesembuhan di NTB jauh meninggalkan angka kasus positif, terbalik dengan yang terjadi sebelum-belumnya. Saat ini, pasien sembuh sudah 232 orang, meninggal 7 orang, dan yang masih menjalani perawatan sebanyak 132 orang.
Betul adalah kabar baik ketika kasus positif berkurang, akan tetapi menurut Sekda H Lalu Gita Ariadi pada keterangan resminya tangal 14 Mei 2020 agar masyarakat jangan sampai lengah dan harus tetap disiplin mengikuti seluruh anjuran dan himbauan pemerintah, termasuk menerapkan instruksi Gubernur NTB tentang kewajiban menggunakan masker untuk semua aktivitas masyarakat di luar rumah.
Sejumlah netizen melalui platform social media facebook mengeluhkan dipadatinya pusat-pusat perbelanjaan di Kota Mataram. Notabenenya, hingga saat ini Kota Mataram menjadi lumbung kasus corona terbesar se-NTB dengan klaster penyebaran yang paling beragam.
Update Terakhir di Website gugus tugas covid-19 NTB, corona.ntbprov.go.id, tercatat Kasus positif corona di Kota Mataram sebanyak 138 orang. Rinciannya, 3 orang meninggal dunia, 76 sembuh, dan 59 orang masih dalam perawatan.
Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Mataram kecelongan. Penerapan kebijakan Penanganan Covid-19 berbasis lingkungan tak berjalan mulus karena warga Ibu Kota NTB itu masih banyak yang keluyuran.
Walikota Mataram, H Ahyar Abduh mengatakan pada 25 April yang lalu bahwa pihaknya akan kembali menutup Lombok Epicentrum Mall (LEM) setelah dibuka empat hari sebelumnya.
“Kita akan tutup sementara. Bahkan bukan hanya LEM. Masjid dan tempat ibadah lainnya juga kita akan tutup,” ujar Walikota dua periode itu.
Dengan dalih dilakukannya pengecekan suhu tubuh, pengunjung memakai masker, pengelola menerapkan protokol pencegahan covid-19, LEM dan pusat perbelanjaan lainnya di Kota Mataram akhirnya tetap dibuka untuk umum. Jelas, Kerumunan pasti terjadi, tapi mau bagaimana lagi, seperti itulah konsekuensinya. Mudahan saja bukan menjadi klaster baru penyebaran corona. Klaster LEM, Klaster Roxy, Klaster Fahion One misalnya.
Atas situasi itu, Gugus Tugas Covid-19 kembali bersuara Lantang. Mereka memperingatkan toko-toko yang tidak menerapkan protokol pencegahan covid-19 akan ditutup secara paksa.
Juru bicara gugus tugas covid-19 Kota Mataram, I Nyoman Sudiasa, (17/5/2020) mengatakan bahwa peringatan tersebut berlaku untuk semua toko di Kota Mataram yang masih beroperasi disaat pandemi agar menerapakn protokol pencegahan covid-19 kepada semua pengunjung demi menekan penyebaran virus corona.
Tampaknya memang kita tidak bisa berlarut-larut menghadapi pandemi ini, diam dirumah juga sepertinya bukan satu-satunya pilihan. Bisa dibenarkan pula terkait yang disampaikan oleh Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Nasional, Achmad Yurianto di Jakarta (17/5/2020) agar kita memang harus betul-betul bisa hidup berdampaingan dengan corona.
Memulai aktifitas kembali seperti biasa dengan tak meninggalkan waspada. Demikian pula menurut WHO, Corona tidak akan hilang dalam waktu yang cepat karena kemungkinan akan bertahan dalam waktu yang lama.
Kondisi inilah yang dikatakan dengan ‘New Normal’, memulai aktifitas kembali disaat pandemi masih berlangsung dengan tetap menerapkan protokol pencegahannya demi terhindar dari terpapar.
Pun juga kaitannya dengan Ibadah, masjid-masjid sudah memulai kembali aktifitas Shalat berjamaah, dan Jumatan. Mengikuti imbauan pemerintah untuk tidak shalat Jumat di masjid dan melaksanakan ibadah lainnya di masjid saat pandemi tampaknya sudah tidak relevan lagi. Karpet-karpet masjid yang bagus sudah di gulung, jamaah membawa sajadah sendiri, ada yang tetap kenakan masker, membiasakan berwudhu dari rumah. Itulah protokol pencegahan untuk melanjutkan aktifitas di masa ‘New Normal’.