Lensamandalika.com – Pemerintah provinsi (Pemprov) Nusa Tenggara Barat (NTB) menghadirkan terobosan baru untuk melanjutkan program NTB Zero Waste yang digagas sejak tahun 2018 yang lalu.
Bekerjasama dengan Geo Trash Management asal Australia, kali ini pemprov NTB akan menjalankan program pengolahan sampah menggunakan mesin pirolisis yang mampu mengubah sampah plastik menjadi bahan bakar tenaga diesel.
Program Kerjasama tersebut secara resmi diluncurkan oleh Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat, Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalilah, Sabtu (29/5) secara hybrid. Acara online berlangsung melalui aplikasi Zoom Meeting sedangkan acara offline dilangsungkan di Science Technology and Industrial Park (STIPark) Banyumulek.
Selain dihadiri Wagub NTB, Peluncuruan mesin pirolisis tersebut juga dihadiri oleh Direktur pengolahan sampah kementerian lingkungan hidup dan kehutanan (KLHK), forum komunikasi pemerintah daerah (Forkopimda) provinsi NTB, Dinas-dinas terkait dari kabupaten/kota yang ada di NTB, serta secara langsung dihadiri oleh Andrew Peter Sinclair yang merupakan Founder and Managing Director dari Geo Trash Management (GTM).
Pada sambutannya, Direktur GTM Andrew Peter Sinclair mengatakan bahwa dirinya akan menunjukkan sebuah mesin produksi bahan bakar yang berfungsi penuh, ramah lingkungan, yang bisa mengubah sampah plastik menjadi Energi Diesel. Sehingga ke depannya, dirinya berkomitmen untuk bersama-sama mewujudkan Lombok sebagai Permata Indonesia.
Andrew mengatakan bahwa dirinya terinspirasi mengembangkan mesin pirolisis ketika dirinya menjalankan usaha pelayaran komersial. Pada saat berlayar itu, dia menemukan berbagai macam masalah seperti cuaca buruk, angin kencang hingga sempat dihadang oleh bajak laut yang menyamar sebagai polisi.
“Namun, ada satu masalah besar yang tidak dapat kami abaikan. Masalah itu bukanlah Monster Cracken dari film Pirates of the Caribbean. Masalah ini jauh lebih buruk, luas dan sangat besar sehingga bahkan tempat-tempat paling terpencil dan tak berpenghuni yang kami kunjungi pun terpengaruh olehnya. Parah sekali sehingga setiap hari kita dihadapkan padanya, baling-baling kapal kami terjerat olehnya, jangkar kami macet karenanya. Setiap pantai terrtutup keindahannya. Masalahnya Adalah Plastik,” tutur Andrew.
“Kesalahan paling monumental umat manusia! Bencana terbesar yang pernah diciptakan manusia,” imbuhnya.
Berangkat dari hal tersebut, dia akhirnya menghentikan program penyewaan kapalnya dan berusaha semaksimal mungkin menghadirkan teknologi yang mampu mengolah plastic hingga akhirnya dia berhasil membangun sebuah mesin pirolisis.
“Mesin pirolisis telah berfungsi di banyak negara, tetapi si stem ini ditutup-tutupi dan dirahasiakan oleh perusahaan dan kapitalis yang rakus. Kami mulai belajar sendiri mengenai system ini, mencari tahu rahasianya, serta membangun rencana bisnis dan pendekatan, untuk pertarungan melawan monster (plastik, red) yang ingin kami kalahkan,” katanya.
Andrew mengaku bersyukur bisa dipertemukan dengan Wagub NTB dengan program NTB Zero Wastenya. Dirinya berkomitmen untuk ikut serta melahirkan solusi agar tempat-tempat indah di dunia khususnya di NTB bisa terbebas dari sampah.
Direktur pengolahan sampah KLHK, Novrizal Tahar yang mengikuti peluncuruan mesin pirolisis secara online mengatakan bahwa dirinya sangat mengapresiasi terobosan baru yang dilakukan oleh Pemprov NTB. Menurutnya pengolahan sampah dengan mesin pirolisis adalah yang pertama di seluruh Indonesia.
“Selamat, ini adalah teknologi terbaru untuk pengolahan sampah dan diharapkan berjalan berkelanjutan dan sebaik mungkin,” ungkap Novrizal.
Dirinya berharap agar kedepan mesin pirolisis ini bisa berjalan dengan baik sehingga menjadi solusi permasalahan sampah plastic bukan hanya di NTB namun seluruh Indonesia.
Salah satu variable penting agar keberadaan mesin pirolisis bisa efektif dan efisien, menurutnya adalah perubahan prilaku masyarakat. Masyarakat harus terus di edukasi untuk melakukan pemilahan sampah langsung dari sumbernya, yakni sampah rumah tangga.
“Selama masyarakat tidak merubah prilaku, mesin GTM tidak akan berguna, pemilahan sampah di rumah tangga oleh masyarakat sangat penting untuk dilakukan sehingga mudah terkumpul dengan baik dan menjadi bahan baku maksimal untuk mesin pirolisis GTM,” jelasnya.
NTB dengan sektor andalannya yakni bidang pariwisata, lanjut Novrizal sangat berkorelasi dengan lingkungan. Menurutnya, pengolahan sampah yang serius, akan berkorelasi positif dengan peningkatan pariwisata di NTB.
Sementara itu, Wakil Gubernur Provinsi NTB, Dr.Hj. Sitti Rohmi Djalilah mengatakan bahwa mesin pirolisis adalah hal yang luar biasa karena mampu mengubah sampah menjadi bahan bakar tenaga diesel.
“Background saya yang Teknik Kimia mengetahui bahwa pirolisis adalah teknologi yang simple, namun butuh keseriusan dan kesungguhan dari kita semua,” ungkap Rohmi.
Dikatakannya, jenis sampah plastik yang akan diolah oleh mesin pirolisis adalah sampah-sampah plastik sekali pakai seperti plastik kresek, plastik bungkus makanan, plastik sachetan, dan sampah-sampah plastik lainnya yang dibuang begitu saja karena tidak laku dijual.
Rohmi juga menekankan bahwa permasalahan sampah sebenarnya tidak membutuhkan modal besar. Dia mencontohkan pengolahan sampah dengan metode biopori yang bisa dilakukan di rumah-rumah warga.
“Hanya dengan menggali lubang di halaman kemudian menempatkan sampah organik didalamnya, beberapa hari kemudian bisa dimanfaatkan sebagai kompos, modalnya hanya kemauan, bukan uang,” tegasnya.
“Dengan hadirnya teknologi ini, kita bisa katakan semua jenis sampah plastik punya hirilisasinya di NTB. Semua sampah memiliki nilai ekonomis. Mari warga NTB, serahkan sampahnya ke bank sampah dan nanti akan diolah menjadi bahar bakar,” serunya.
Pada kesempatan tersebut, Rohmi menegaskan bahwa acara peresmian mesin pirolisis di STIPark Banyumulek tidak sebatas seremonial belaka. Dirinya bersama forkopimda provinsi NTB berkomitmen untuk terus menghadirkan terobosan-terobosan yang bisa bermanfaat untuk semua orang.
“Pemerintah kabupaten/kota dan provinsi akan saling support untuk mengubah mindset masyarakat mengenai sampah. Sehingga masyarakat mau sekedar pilah saja kemudian dikelola dengan baik. Apalagi dengan mmbuat biopori saja, masalah sampah organic selesai.
“Banyak yang bisa akita lakukan dalam skala kecil dan sederhana, yang dibutuhkan adalah kemauan dan komitmen,” imbuhnya.
Mesin pirolisis yang pertama ini, dikatakan Rohmi akan ditempatkan di tempat pengolahan sampah akhir (TPA) Kebon Kongok di Lombok Barat. Adapun kapasitas produksi dari mesin pirolisis milik GTM adalah satu ton sampah perhari. Namun kedepan, pemprov NTB berkomitmen untuk terus melakukan pengembangan sehingga bisa lebih banyak sampah plastik yang bisa diolah.
Untuk sampah organik, Wagub mengatakan bahwa hilirisasinya sudah ada di Narmada, Lombok Barat dan Sengkol, Lombok Tengah dengan metode black soldier fly (BSF), mengolah sampah organic menjadi pupuk dan pakan ternak dengan metode BSF atau lalat hitam. Selain itu, ada juga Teknik RDF yakni menghasilkan pellet sebagai bahan baku di PLTU Jeranjang. (red/LM)