Lensamandalika.com – Bulan Muharram merupakan satu dari empat bulan suci atau bulan haram dalam kalender Islam.

Dikutip dari penjelasan Anggota Komisi Fatwa MUI Pusat, KH Dr Fuad Thohari, MA di laman resmi MUI, Senin (16/8/2021), bulan Muharram berasal dari kata haram yang artinya suci atau terlarang.

Maknanya terlarang untuk melakukan hal-hal tidak baik semisal berperang di masa itu. 

Di bulan Muharram ini, Umat Islam dianjurkan untuk mengisinya dengan ibadah, salah satunya puasa.

Puasa yang disunnahkan adalah puasa Tasu’a pada tanggal 9 Muharram dan puasa Asyura pada 10 Muharram.

Dalam hadist-nya, Nabi Muhammad SAW bersabda, puasa Asyura dapat menghapus dosa-dosa kecil selama setahun yang lalu.

“Puasa ‘Asyura dapat menghapuskan dosa-dosa kecil setahun yang lalu,” (HR Muslim).

Adapun dasar puasa Tasua, atau puasa pada 9 Muharram adalah didasarkan sabda Rasulullah sebagaimana dikutip dalam kitab ‘Riyadhus Sholihin : 701’ :

وعن ابن عباس رضي الله عنهما، قَالَ: قَالَ رسول الله – صلى الله عليه وسلم: «لَئِنْ بَقِيتُ إِلَى قَابلٍ لأَصُومَنَّ التَّاسِعَ». رواه مسلم.

Apabila (usia)ku sampai tahun depan, maka aku akan berpuasa pada (hari) kesembilan” (HR Muslim).

Hadis ini bermula dari Rasulullah SAW yang selalu mengingatkan sahabat dan kerabatnya untuk berpuasa pada 10 Muharram.

Namun suatu hari, sahabat mendapati bahwa hari Asyura ini bertepatan pula dengan hari agung milik kaum Nasrani dan Yahudi, maka sahabat hendak mengurungkan niat berpuasa di hari Asyura tersebut.