Lensamandalika.com – Global Muslim Travel Index (GMTI) 2022 menempatkan Indonesia pada peringkat dua dunia. Ini adalah peningkatan peringkat yang cukup siggnifikan, setelah tahun sebelumnya Indonesia berada pada urutan empat.

”Ini artinya kita sangat representatif untuk traveler muslim, dan itu baik,” ujar Taufan Rahmadi, Pengamat Pariwisata Nasional.

Dalam penilaiannya, pelayanan dan fasilitas yang ramah terhadap pelancong muslim menjadi salah satu kunci utama. Diingatkan Taufan, ceruk pasar wisatawan muslim tidaklah kecil. Proyeksi market growth-nya mencapai 230 juta pelancong, dengan perputaran uang hingga USD 225 miliar pada 2028.

“Data menunjukkan pelancong muslim terus bertambah, dengan perputaran uang yang signifikan. Kita berada di jalur yang tepat saat ini,” ujarnya.

Secara akumulatif poin, Indonesia hanya kalah dari Malaysia yang menempati urutan pertama. Namun kita mengungguli negara-negara besar lainnya semisal Arab Saudi, Turki, UEA, hingga Qatar yang berturut-turut ada di bawah peringkat Indonesia.

“Dengan pembenahan serius, saya percaya, mengejar Malaysia bukanlah hal yang mustahil,” sambung Taufan.

Sebagai negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia jelas memainkan peranan penting. Bagi Taufan, sangat wajar negara kita kini ada di dua besar dunia.

“Selamat mas menteri, tingkatkan terus kinerjanya dan benahi yang masih kurang,” pesannya.

Penilaian kali ini memotret setidaknya tiga kelompok besar pelancong muslim. Yakni dari kalangantraveler milenial muslim, traveler wanita muslim, dan traveler Gen Z.

“Karena mereka adalah ceruk utama, kita harusfokus melihat kebutuhan utama kelompok-kelompo ini,” sarannya.

Misalnya untuk pelancong muslimah yang menyumbang 45 persen setara 72 juta orang untuk data 2019. Mereka mengutamakan privasi, fasilitas, hingga keamanan. Sedangkan kalangan milenial menyukai hal yang disebut sebagai 3As alias autentic, affordable, dan accessible. Khusus Gen Z yang menyumbang angka 20 persen total pelancong muslim, cukup serupa dengan kelompok milenial. Namun dengan tambahan adaptable.

“Variabel-variabel penilaian ini harus kita terus pelajari, tingkatkan yang masih kurang, dan pertahankan yang sudah lebih,” imbuhnya.

Apa pun itu, untuk saat ini penghargaan peringkat dua dunia diyakini akan membawa semakin banyak pelancong muslim ke tanah air.

”Mau makanan halal ada, mau ibadah gampang, wisata yang nyaman bebas embel-embel negatif bertebaran, itu kelebihan kita” imbuhnya.

Atas prestasi tersebut, pria berkaca mata ini menyebut Sandi sudah membawa Indonesia dalam rel yang tepat. Dan yang tak kalah baik menurutnya, Indonesia juga mempertahankan ceruk pasar pariwisata konservatif berdasar World Economic Forum.

”Jadi pariwisata halal bisa, pariwisata konservatif juga kita masuk,” sanjungnya.

Penghargaan kali ini adalah yang ketiga berturut-turut, alias hatrick penghargaan dunia pariwisata Indonesia.

Pertama, Indonesia, melalui menteri Sandi Uno diundang PBB, bicara soal pariwisata berkelanjutan. Berikutnya, Travel Tourism Development Index (TTDI) Indonesia naik tajam 12 level menjadi ranking 32 dunia, dan nomor dua di Asia Tenggara berdasar World Economic Forum.

”Yang ketiga ya soal wisata halal ini, nomor dua dunia,” katanya.

Menurutnya, kala pandangan dunia sedang terus tertuju ke Indonesia, kita perlu semakin berbenah. Pandemi ujarnya relatif sudah dilalui dengan baik. Kini memastikan pemulihannya, bersamaan dengan kebangkitan pariwisata.

”Seperti yang selalu saya bilang, pariwisata ini membuka banyak lapangan kerja, memutar banyak uang, ekonomi kita akan semakin kuat,” tutupnya. (Red/lm*)