Lensamandalika.com – Sebuah video yang memperlihatkan seorang laki-laki dan perempuan tengah berjoget dan dinilai sangat erotis viral di media sosial facebook.

Lebih parahnya lagi, video yang diunggah oleh pemilik akun Ary Maccel pada Rabu (8/5/2024) itu berlatar sebuah masjid di Desa Sukarara, Kecamatan Sakra Barat, Kabupaten, Lombok Timur.

Ary Maccel pada captionnya mengecam acara tersebut yang digelar di depan masjid. Hingga berita ini dimuat, Kamis (9/5/2024), video tersebut telah ditonton lebih dari 89 ribu kali, dibagikan sebanyak 613 kali.

Komentar netizen pada unggahan tersebut rata-rata menyayangkan acara semacam itu masih belum mendapatkan teguran dan terus dibiarkan, malah digelar di depan masjid.

Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia cabang Lombok Tengah yang juga pemerhati Budaya Sasak, Syamsul Bahri melalui keterangannya kepada Lensa Mandalika mengatakan, tarian tersebut sudah tidak mencerminkan nilai-nilai budaya Suku Sasak yang sangat menjunjung tinggi nilai dan norma adat budaya.

“Dalam bahasa Sasak disebut tindih,” ungkap Syamsul Bahri.

Dirinya makin heran lantatan tarian erotis semacam itu bahkan tidak hanya dilakukan oleh penari kecimol tapi juga ada penari ale-ale yang notabene alat musiknya masih menggunakan alat musik tradisional.

“Tontonan semacam ini sudah sangat meresahkan masyarakat karena atraksi tarian erotis ini dipertontonkan secara vulgar di area publik,” geramnya.

Penontonnya ada anak-anak di bawah umur dan yang sempat memvideokan kemudian diunggah di medsos yang diakses oleh publik dari semua kalangan dan umur, ” imbuhnya.

Daerah Lombok, kata Syamsul Bahri, dikenal sebagai penganut muslim mayoritas dan dijuluki sebagai pulau seribu masjid, selain itu banyak penghafal alqur’an dan sebagai daerah kunjungan wisata juga pernah menyabet predikat sebagai best world halal tourism destination.

“Jadi suguhan atraksi seni yang harus kita pertontonkan atau suguhkan adalah atraksi seni yang original yang organik, memiliki ciri khas kesasakan itu sendiri karena itu yang mereka para wisatawan ingin tonton dan lihat karena mereka melihat ada hal unik di situ,” terangnya.

Dirinya meminta kepada pemerintah Provinsi, Kabupaten dan Kota di Pulau Lombok untuk segera menertibkan para pegiat seni musik tradisional daerah agar lebih baik lagi dalam berkreasi, khususnya menciptakan tarian yang memang menonjolkan esensi seni yang mencerminkan nilai-nilai moral dan estetik, sehingga masyarakat benar-benar merasa disuguhi tarian yang menghibur dan menggembirakan.

“Apakah itu melalui regulasi dan anggaran, kemudian menggandeng para pemerhati budaya yang tergabung dalam Majelis Adat Sasak dan pemerhati adat budaya lainnya untuk melakukan semacam konseling kepada para pegiat seni kecimol atau yang lainnya, agar kawan-kawan pegiat seni benar-benr mendapatkn literasi seni musik dan tarian Sasak yang sebenarnya sesuai dengan peninggalan para leluhur kita,” jelasnya.

Dirinya menilai bahwa tarian tersebut mengandung unsur pornoaksi sehingga aparat penegak hukum (APH) kepada APH agar bida diberikan semacam efek jera dengan membawanya ke ranah hukum.

“Masyarakat yang merasa terganggu dengan hiburan yang tidak bermoral tersebut untuk mengadukan kepada APH dan bila perlu APH tidak mengeluarkan ijin keramaian kepada pemilik hajatan, ” tegasnya.

Dirinya khawatir jika hal tersebut terus dibiarkan kedepanny,a generasi penerus Suku Sasak akan rusak dan hancur lalu semakin jauh dari memahami budaya leluhur Sasak yang sebenarnya.

“Lalu mereka akan cenderung menyerap budaya baru yang datang dari barat yang mereka bisa akses sewaktu-waktu melalui kanal youtube, facebook dan media sosial lainnya,” pungkasnya. (Red/lm)