Lensamandalika.com – Pemerintah Amerika Serikat (AS) akan memantau kejadian bell’s palsy pada wajah yang terjadi di antara para relawan uji coba vaksin Covid-19 dari Pfizer dan BioNTech.
Dihimpun dari CNBC, Jumat (11/12/2020), hal tersebut dilakukan setelah adanya peserta uji coba vaksin virus corona Pfizer di AS yang mengalami bell’s palsy. Kendati demikian, BPOM AS (FDA) menyebut kondisi tersebut disebut tidak berhubungan dengan uji coba vaksin.
“Empat kasus bell’s palsy di antara penerima vaksin dianggap konsisten dengan tingkat latar belakang yang diharapkan dalam populasi umum dan tidak ada dasar yang jelas untuk menyimpulkan hubungan kausal saat ini,” kata FDA dalam penjelasannya, Kamis (10/12/2020).
Dilansir dari Healthline, bell’s palsy adalah suatu kondisi yang menyebabkan kelemahan atau kelumpuhan sementara pada otot-otot di wajah.
Hal ini dapat terjadi ketika saraf yang mengontrol otot wajah Anda meradang, bengkak, atau tertekan. Kondisi tersebut menyebabkan satu sisi wajah terkulai atau menjadi kaku.
Penderitanya mungkin alami kesulitan tersenyum atau menutup mata pada sisi yang terkena. Dalam kebanyakan kasus, bell’s palsy bersifat sementara dan gejalanya biasanya hilang setelah beberapa minggu.
Meski bell’s palsy dapat terjadi pada semua usia, kondisi ini lebih sering terjadi pada orang-orang antara usia 16 dan 60 tahun. Bell’s palsy dinamai menurut ahli anatomi Skotlandia, Charles Bell, yang pertama kali menggambarkan kondisi tersebut.
Para ahli hingga kini belum mengetahui pasti penyebab bell’s palsy. Namun, bel’ls palsy terjadi saat saraf kranial ketujuh membengkak atau tertekan, sehingga sebagian wajah mengalami lemah atau lumpuh.
Penyebab pasti kerusakan saraf ini belum teridentifikasi. Tetapi, sejumlah peneliti menduga kemungkinan besar kondisi tersebut dipicu infeksi virus atau bakteri.
Virus atau bakteri yang disebut biang bell’s palsy di antaranya:
- Herpes simpleks
- HIV yang bisa merusak sistem kekebalan
- Sarcoidosis biang radang organ
- Herpes zoster
- Virus Epstein-Barr
- Penyakit Lyme yang disebabkan infeksi bakteri dari kutu
Seseorang jadi lebih rentan terserang bell’s palsy ketika:
- Hamil
- Menderita diabetes
- Memiliki infeksi paru-paru
- Berasal dari keluarga penderita bell’s palsy
Jika Anda mengalami gejala bells palsy, segera periksakan diri ke dokter. Hindari mendiagnosis bell’s palsy sendiri, karena gejalanya mirip stroke atau tumor otak. Dokter umumnya akan melakukan pemeriksaan fisik, merekomendasikan tes darah, MRI, sampai CT scan.
Gejala bells palsy umumnya bersifat sementara dan bisa membaik dalam beberapa minggu. Dibutuhkan waktu setidaknya enam bulan sampai penderita pulih total. Namun, ada juga orang yang mengalami gejala bell’s palsy menetap atau seumur hidup.
Perawatan yang tepat dapat membantu mempercepat waktu pemulihan dan mencegah komplikasi penyakit. (red/LM)