LensaMandalika- Aktivitas beternak sapi adalah salah satu mata pencaharian masyarakat di desa teruwai yang sudah dilakoni sedari dulu. Ditambah lagi dengan terpilihnya desa teruwai sebagai salah satu pilot projek desa 1000 sapi, aktivitas beternak sapi semakin berkembang dan lebih maju dari sebelumnya tentunya dengan sudah terbentuknya kelompok ternak dan kandang kolektif dengan kapasitas tampungan sekitar 250 sapi.

Dengan adanya kandang kolektif ini, artinya kegiatan beternak sapi difokuskan di satu area dengan diisi oleh setiap peternak yang tergabung dalam kelompok, sehingga secara otomatis besaran limbah kotoran sapi yang dihasilkanpun cukup banyak. Hal ini tanpa disadari akan memberikan dampak negatif terhadap lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Terlebih lagi, para peternak belum tau kemana kotoran-kotoran sapi ini akan di buang atau dialihkan.

“Kendala yang kami hadapi saat ini, saya rasa masih pada seputaran pengelolaan kotoran-kotoran sapi yang belum tau mau dikemanakan, dan sudah mulai kelihatan dampaknya terhadap lingkungan, seperti pohon kelapa itu yang sudah mulai mati karena kotoran-kotoran sapi yang menumpuk” kata ketua kelompok ternak yang akrab dipanggi pak tumpuk saat berdiskusi bersama mahasiswa KKN Tematik Unram di kandang ternak, Senin (28/6/2021).

Menilik hal ini, melalui peroses diskusi yang panjang antara ketua kelompok ternak, penyuluh atau pendamping program desa 1000 sapi atau pak hasan bersama mahasiswa KKN Tematik Unram menginisiasi pembuatan Kompos sebagai pupuk organik dan sekaligus memanfaatan lahan kosong di sekitaran kandang sebagai  lahan pertanian yang berorientasikan untuk pengaplikasian kompos yang telah dibuat sebagai media edukasi kepada para peternak akan manfaat dari pengolohan kotoran sapi sebagai Kompos atau pupuk organik. Hal ini dilakukan karena para peternak masih belum terlalu yakin akan manfaat dari kompos yang terbuat dari kotoran sapi, sehingga motivasi masyarakat untuk mengolah kotoran sapi menjadi kompos masih belum mau untuk dilakukan.

“Kalok saya lihat, rupa-rupanya para peternak ini bukannya tidak tau menau tentang kemana kotoran sapi itu akan di alihkan, tapi masih belum mengerti dan melihat bukti nyata dari manfaat  pengolahan kotoran sapi menjadi Kompos. Karena perlu kita sadari bahwa rata-rata mental masyarakat kita harus liat hasil dulu baru mau melakukan” kata pak hasan, saat berbincang-bincang dengan mahasiswa KKN Tematik Unram di Kandang Ternak. Senin (28/6/2021).

Dengan pemanfaatan lahan kosong di sekitaran kandang ternak sebagai lahan pertanian untuk pengaplikasian Kompos yang telah dibuat dari olahan kotoran sapi, harapannya dapat memotivasi para peternak untuk mau tergerak mengolah kotoran sapi yang ada menjadi Kompos dan akan berdampak pula pada penanggulangan dampak lingkungan yang berpeluang terjadi akibat kotoran sapi yang ada. (Red/Letter A)