Lensamandalika.com – Setelah hampir satu tahun dijabat oleh pelaksana tugas (PLt) yakni Asisten Ekonomi Setda Lombok Tengah, H Lendek Jayadi, hari ini, Rabu (31/1/2024), posisi Kadispar Lombok Tengah mendapatkan pejabat definitifnya.

Adalah Camat Pujut, Lalu Sungkul yang dilantik menjadi Kadispar pengganti H Lendek Jayadi. Lalu Sungkul diketahui telah menjabat sebagai Camat Pujut selama kurang lebih 6 tahun dan memang memiliki background di bidang pariwisata.

Sekjen Mandalika Hotel Association (MHA), Rata Wijaya kepada Lensa Mandalika, Kamis (1/2/2024) mengatakan, Kadispar memiliki setumpuk pekerjaan rumah (PR) yang butuh untuk segera diselesaikan.

“Selamat purna tugas sebagai Camat Pujut Mister Lalu Sungkul, setelah ini akan banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan sebagai Kadispar,” katanya.

PR yang dimaksud oleh pihaknya, sebenarnya telah menjadi isu dari tahun ke tahun yang tidak kunjung selesai seiring dengan pergantian pejabat di Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Tengah.

Tugas pertama adalah event yang terdekat, yaitu pelaksanaan event bau nyale tahun 2024 ini. Dikatakan Rate, pelaksanaan event Bau Nyale sekarang ini tidak mengikuti warisan yang ditinggalkan oleh para pendahulu kita.

“Rupa-rupanya begitu saja. Bisa jadi itu yang menjadi penyebab tahun ini Bau Nyale tidak lolos kurasi Karisma Event Nusantara (KEN) 2024,” tegasnya.

Yang kedua, ungkap pengelola beberapa property di Kawasan Gunung Tunak itu, kebudayaan seolah dibuat khusus sebagai bahan atraksi sementara sisi pengamalan nilai nilai semakin tergerus dan tidak terlihat upaya yang nyata untuk mempertahankannya.

“Dengan kembalinya nilai-nilai itu, kedatangan wisatawan akan mengitkuti setelahnya,” terangnya.

Masalah selanjutnya yang patut menjadi perhatian Kepala Dinas Pariwisata, menurut Rate sapaan akrabnya adalah mengenai sengkarut citra pedagang asongan yang belum kunjung bisa ditertibkan.

“Selain asongan, masalah parkir di Mandalika juga tidak terpisahkan, selalu menjadi masalah setiap tahun,” ungkapnya.

Selanjutnya, mengenai isu transportasi di Mandalika juga menurutnya patut diperhatikan. Hal tersebut mengingat berberapa waktu lalu masih timbul pengelolaan transportasi berdasarkan kelombok-kelompk di masing-masing destinasi.

“Siapa boleh drop, siapa boleh jemput itu kerap masih saling sikut, parahnya lagi rebutan penumpang di depan wisatawan. Bikin malu,” tegasnya

“Terakhir, Putri Mandalika kita karantina di Tunak biar lebih menjiwai kita,” imbuhnya sambil terkekeh. (red/lm)