Internasional – “Semua orang terlihat tidak memiliki harapan saat ini. Dan saya menyadari ada cara untuk saya bisa membantu. Saya yang pertama, saya semangat sekali” begitulah kalimat yang diucapkan Jennifer Haller (43), orang pertama yang bersedia menjadi relawan di Amerika Serikat, dalam uji coba vaksin virus corona penyebab COVID-19. 

Meski telah dilakukan uji coba pada manusia, tetapi butuh waktu berbulan-bulan untuk mengetahui keefektifan vaksin tersebut. Setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan pandemi pada COVID-19, semua mata beralih pada prospek vaksin. Apa alasannya?

Jelas, vaksin dapat mencegah seseorang jatuh sakit. Kira-kira sekitar 35 perusahaan dan lembaga akademik terus berusaha untuk membuat vaksin virus corona. 

Baca juga:  1 Dokter PDP Corona Meninggal Dunia, PB IDI Kembali Berduka
Diklaim Layak dan Aman

Vaksin yang diujikan pertama kali pada manusia ini dikembangkan oleh perusahaan bioteknologi Moderma dan National Institutes of Health (NIH), yang juga mendanai uji coba tersebut. Moderna didirikan tiga tahun lalu setelah epidemi Ebola, yang menewaskan 11.000 orang. 

Tujuan uji coba ini untuk memeriksa apakah vaksin menunjukkan efek samping yang terkait, menilai kemanjurannya, dan menetapkan tahap uji coba yang lebih besar tahun ini. 

Vaksin yang disuntikkan pada Jennifer dan 45 relawan lainnya, mengandung kode genetik yang tak berbahaya, yang disalin dari virus yang menyebabkan penyakit. Para relawan tersebut diberi dosis yang berbeda dari vaksin eksperimental. Masing-masing dari mereka diberikan dua suntikan dalam 28 hari yang terpisah pada bagian otot lengan atas. Uji coba vaksin virus corona itu berlangsung di Kaiser Permanente Washington Health Research Institute, Seattle, Amerika Serikat (AS). 

Sebetulnya uji coba vaksin virus corona yang dilakukan NIH ini menghindari pemeriksaan vaksin normal pada umumnya, yaitu memastikan bahwa vaksin bisa memicu respons kekebalan pada hewan. Namun, perusahaan Moderna mengatakan vaksin tersebut telah melewati proses uji kelayakan. 

Menurut Dr John Tregoning, ahli penyakit menular di Imperial College London, vaksin tersebut menggunakan teknologi yang sudah ada sebelumnya, sehingga aman digunakan pada manusia. Singkat kata, vaksin ini dibuat dengan standar yang sangat tinggi. Tak hanya itu, para relawan uji coba vaksin virus corona juga dipantau dengan sungguh-sungguh.

Uji coba yang dilakukan pada manusia memang terbilang sangat cepat. Namun, menurut Tregoning hal ini merupakan perlombaan untuk melawan virus. Bukan perlombaan antara ilmuwan satu dengan ilmuwan lainnya. 

Baca juga:  Jangan Panik, Tuak Bisa Jadi Hand Sanitizer dan Penangkal Virus Corona

Bagaimana Cara Kerja Vaksin COVID-19? 

Vaksin tersebut tidak dibuat dari virus corona penyebab COVID-19. Sebagai gantinya, vaksin menggunakan rekayasa genetika pintar untuk memanfaatkan sel-sel tubuh untuk menghasilkan potongan-potongan kecil virus, yang kemudian dikenali oleh sistem kekebalan tubuh. 

Umumnya, vaksin untuk virus dibuat dari virus yang dilemahkan atau dibunuh. Contohnya, vaksin campak. Akan tetapi, vaksin virus corona lainnya lagi. Vaksin ini tak dibuat dari virus yang menyebabkan COVID-19. Vaksin virus corona ini merupakan segmen pendek dari kode genetika yang telah dibuat oleh para ilmuwan di laboratorium. 

Vaksin tersebut membawa rentangan khusus RNA kurir yang berisi instruksi untuk membangun reseptor di permukaan virus. Cara kerja vaksin RNA ini bermula pada urutan mRNA (molekul yang memberi tahun sel untuk membangunnya) yang dikodekan untuk antigen penyakit spesifik.

Ketika diproduksi dalam tubuh, antigen tersebut mampu dikenali oleh sistem kekebalan tubuh dan mempersiapkannya untuk perang melawan virus. 

Baca juga:  Agar Terhindar dari Virus Corona. Amalkan Do’a Ini!

Perjalanannya Masih Panjang

Menurut Anthony Fauci, Direktur NIH’s – National Institute of Allergy and Infectious Diseases, perjalanan vaksin virus corona masih panjang. Bahkan, meski bila tes keamanan di awal berjalan dengan baik. Setidaknya masih membutuhkan waktu satu hingga satu setengah tahun kedepan agar vaksin ini bisa tersedia untuk umum. 

Pada 11 Februari 2020, Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, vaksin virus corona jenis COVID-19 akan siap dalam 18 bulan ke depan. WHO bersama berbagai negara melakukan berbagai upaya dengan menggunakan perangkat dan sumber daya yang tersedia untuk melawan virus mematikan ini. 

Masalahnya, menurut WHO, proses pencarian vaksin untuk virus baru biasanya memakan waktu beberapa tahun. Itu pula terkadang berujung pada kegagalan. Namun, dengan perkembangan teknologi saat ini, vaksin virus corona bisa lebih cepat ditemukan, sekitar 18 bulan ke depan.

Baca juga:  6 Langkah Strategis Antisipasi Pariwisata Hadapi Virus Corona

Mengembangkan vaksin tidaklah mudah. Ada banyak tahapan dalam prosesnya yang umumnya tidak diketahui para awam. Mulai dari memahami karakteristik dan perilaku virus, menilai keamanannya bagi tubuh, uji hewan pre-klinis, hingga pengujian praklinis. 

Di samping itu, tak ada satupun institusi yang punya kapasitas atau fasilitas untuk mengembangkan vaksin secara mandiri. Nah, atas dasarnya inilah negara-negara di dunia bekerja sama untuk menemukan vaksin COVID-19. (red/lensamandalika)

Baca juga artikel lainnya:

https://www.facebook.com/108420987408730/posts/134752544775574/