Lensamandalika.com – Seorang balita berumur dua tahun asal Dusun Dasan Duah, Desa Segala Anyar, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat bernama Emran Sulaiman didiagnosa dengan sebuah penyakit yang terbilang langka, Retinoblastoma.
Retinoblastoma adalah jenis kanker mata yang paling umum terjadi pada anak-anak, terutama sebelum usia 5 tahun. Kanker ini berasal dari sel-sel retina yang mengalami mutasi genetik dan tumbuh secara abnormal.
Meskipun retinoblastoma adalah jenis kanker mata yang paling umum pada anak-anak, insidensinya tetap rendah jika dibandingkan dengan jenis kanker lainnya. Secara global, angka kejadian retinoblastoma adalah sekitar 1 dari 16.000 hingga 18.000 kelahiran hidup, atau sekitar 3 kasus per 1 juta anak per tahun.
Menurut Parkway Cancer Centre, retinoblastoma dianggap sebagai penyakit langka, tetapi dapat disembuhkan jika terdeteksi dan ditangani sejak dini.
Berangkat dari itulah orang tua Emran kemudian berikhtiar dengan berbagai cara untuk menyembuhkan penyakit yang diderita si buah hati. Emran adalah bungsu dari tiga bersaudara.
Menurut sang Ibu, Nana Yunita, berbagai ikhtiar pengobatan telah mereka jalani untuk kesembuhan Emran. Mulai dari mencoba pengobatan alternatif, termasuk mencoba peruntungan dengan menggunakan alat terapi kanker Electro-Capacitive Cancer Therapy (ECCT) temuaan Dr. Warsito Purwo Taruno.
Setelah pengobatan sebelumnya belum membuahkan hasil, dirinya lantas membawa si buah hati untuk berobat di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Soetomo Surabaya, Jawa Timur.
“Sudah setahun kami berikhtiar demi kesembuhan anak kami di RSUD Dr. Soetomo, Surabaya,” beber Ita sapaan akrabnya kepada Lensa Mandalika, Senin (3/2/2025) via sambungan telepon karena dirinya tengah berada di Surabaya.
Dengan berbagai pertimbangan bersama keluarga, dirinya dan suami kemudian memilih melanjutkan ikhtiar pengobatan Emran ke Surabaya lantaran keterbatasan spesialisasi Hematologi Onkologi di Nusa Tenggara Barat (NTB).
“Hal itulah yang membuat kami melanjutkan ikhtiar pengobatan anak kami di Surabaya, dengan biaya yang tentunya tidak sedikit,” ungkapnya.
Demi mengabadikan rekam jejak perjalanannya dalam memperjuangkan kesembuhan untuk sang buah hati sejak Januari 2024 sampai dengan saat ini, dirinya mengaku telah mengumpulkan banyak catatan untuk dirangkum menjadi sebuah buah bertajuk “Kemilau Cahaya dalam Gulita“.
Diceritakannya, saat ini Emran tengah menunggu jadwal operasi untuk pengangkatan bola matanya yang kedua. Akibat Retinoblastoma, semua jaringan pada kedua retina sang anak telah rusak. Sebelumnya di pertengahan tahun 2024 telah dilakukan operasi pengangkatan bola mata yang sebelah kiri.
“Operasi selanjutnya untuk yang kanan. Kami yakin ini ada hikmahnya, kami berikhtiar agar jantung anak kami tetap berirama, walaupun matanya tidak akan mampu lagi melihat dunia,” ungkapnya penuh haru.
Ditanya mengenai alasannya menulis buku, menurutnya buku mengabadikan kenangan, selain itu buku yang rencananya akan diterbitkan itu, dihajatkan sebagai pembelajaran, sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya pencegahan maupun pengobatan medis terhadap penyakit-penyakit pada anak.
“Semoga kehadiran buku ini nantinya bisa menambah khazanah literasi masyarakat sehingga bertambah pengetahuan dan wawasan orang tua maupun mereka yang membacanya,” pungkasnya.
Untuk Sahabat Lensa Mandalika yang berhajat memiliki buku “Kemilau Cahaya dalam Gulita” bisa mengikuti pre-order dengan menghubungi kontak dibawah ini.
No.WA: 0878-6529-0150
Periode PO: 4-15 Februari 2025
